indah

indah
pantai

Minggu, 01 Januari 2012

MEMULAI

"Memulai" kata yang sangat singkat namun sangat penting pada setiap peristiwa apapun.. menurut artikata.com memulai adalah mengawali berbuat (bertindak, melakukan, dsb). Namun, setelah dipikir-pikir bukan hanya tindakan, bukan hanya perbuatan yang harus kita mulai, semua hal tak peduli niatnya semua harus dimulai. Ada sebuah cerita  yang mungkin sedikit membuktikan betapa "mulai" merupakan hal kecil yang berperan sangat besar dalam setiap hal. Sekitar Duabelas tahun yang lalu  kami adalah segerombolan anak kecil yang memiliki hobby yang sama yaitu bermain bola, kami selalu bermain dimanapun ada tanah lapang yang mampu menampung sekitar duabelas anak, tak peduli berapa ukuran lapangan tersebut, kami bermain didepan sekolahan, halaman rumah, bahkan pekarangan masjid yang berbentuk segitigapun dimanfaatkan untuk bermain sepak bola. Sering sekali penjaga masjid berang karena takkala dimesjid sedang berlangsung siraman rohani dari seorang ustad kepada ibuk2 mjelis taklim, kami bersorak sorai merayakan goll di pekarangan masjid. Kadang dalam hati kami mengeluh, mengapa Kumun Debai yang sedemikian besar dan memiliki penduduk yang sangat banyak dengan pemuda yang memiliiki talenta hebat namun tidak memiliki sebuah lapangan Sepakbola. Hingga suatu hari seorang teman yang bernama Iyal memberi ide untuk membuat lapangan sepak bola di sebuah sawah yang memang sudah lama ditinggalkan, entah dari mana ia mendapat ide tersebut, entah kapan ia melihat kalau ada sawah yang tidak pernah dibajak yang rencananya akan kami jadikan lapangan tersebut. Yang jelas ide yang diberikannya begitu menginspirasikan dan di sambut positif oleh teman-teman waktu itu tanpa perlu melihat dimana sawah yang dimaksudnya..
Pagi itu tepatnya hari Minggu kami mulai berbondong-bondong menuju pesawahan, sawah yang akan kami jadikan lapangan itu ternyata terletak di ujung petakan sawah, kami harus berjalan menyusuri pematang yang membagi sawah menjadi petakan persegi kecil yang tersusun rapi dan membentang hingga membentuk persegi panjang besar, sangat kecil dan perlu keseimbangan untuk melewatinya. Sesampainya di lokasi yang dimaksud Iyal, alangkah senangnya kami melihat sepetak tanah dengan ukuran kira-kira 9x40meter yang ditumbuhi rumput menjalar serta semak-semak, akan terlihat lucu bila dijadikan lapangan bola namun itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan lapangan segitiga di depan masjid atau lapangan depan SD yang  dikelilingi kaca-kaca yang membuat kami ragu-ragu dalam menendang bola.
Setelah seharian bekerja meratakan pematang-pematang dan memotong rumput-rumput yang ada di sawah tersebut, Kami membeli sebatang bambu dari seorang nyantan yang tinggal dekat lapangan untuk dijadikan gawang. Keesokan harinya lapangan sudah siap untuk dipakai, kami bermain hampir setiap sore.
Beberapa bulan kemudian Kebiasaan kami bermain bola di lapangan di tengah sawah itu tercium oleh para pemuda, mereka bergerombolan datang ke lapangan kami untuk bermain, seperti belanda yang merampas hasil bumi Indonesia, mereka bermain begitu saja tanpa mengikutsertakan kami sehingga kami tidak memiliki kesempatan untuk bermain di lapangan yang kami buat sendiri. Hingga akhirnya dibuat kesepakatan kami bermain dari pulang sekolah sampai jam setengah lima sore dan selebihnya digunakan oleh pemuda, tidak adil memang, namun kami tidak berdaya melawan ataupun menolak keinginraan mereka.
Hingga suatu hari, Muncul lah ide dari para pemuda untuk memperluas lapangan itu, lapangan itu diperluas beberapa kali hingga menjadi lapangan utuh yang berukuran sekitar 100x75m, tidak datar, namun itu menjadi satu-satunya lapangan yang ada di Kumun debai kala itu.

Dari cerita singkat ini banyak pelajaran yang kita dapat, bagaimana Iyal memberi ide untuk membuat lapangan kecil yang berkembang menjadi lapangan besar. Dari sini kita banyak mengambil hikmah betapa semua hal itu terlaksana tergantung kita memulainya, bagaimana kita menuangkan ide-ide kecil dan mengaplikasikannya. Siapa yang menduga lapangan mungil yang tak berbentuk itu akan menjadi lapangan utuh yang bisa memainkan 22 orang dewasa. Jika orang-orang yang seperti Iyal terlahir jauh sebelum itu tentunya Kumun Sudah memiliki lapangan sepak bola sendiri dan akan menelurkan atlet sepak bola berbakat.
Untuk itu mulailah, jangan banyak menunggu dan bengong. Rencanakan dan Aplikasikan...

By : Deky muchlas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar